Loyal pada profesi, bukan pada bupati atau kepala rumah sakit.

Tadi malam sebelum tidur saya atur alarmku supaya bangun pagi pukul 04.30 Wib. Namun entah kenapa, hari ini aku malah lebih cepat bangun setengah jam dari yang saya rencanakan tersebut.

Sebagai pelengkap sarapan di pagi ini, saya teringat dan merenungkan kembali kata profesorku ketika kuliah KM (Knowledge Managemen) semester II di S3 UA. Sang Professor mengatakan bahwa kalau kita ingin membangun loyalitas, katakanlah misalnya seorang manajer perusahaan ingin membangun loyalitas staff maka yang harus menjadi pertanyaan awal seorang manajer adalah yang dibangun itu loyal terhadap siapa “apa”?.

Menjawab hal itu berbagai variasi jawaban dari teman-temanku saat itu, ada yang mengatakan loyal pada Organisasi, ada juga mengatakan loyal pada atasan atau pimpinan, juga ada yang menjawab loyal pada profesi.
Sebetulya jawaban tersebut tidak ada yang salah, ini hanya pilihan. Tapi kalo saya ditanya, semestinya loyal pada profesi, bukan pada organisasi apalagi pada atasan, kata sang professor.

Mengapa?
Karena Perusahaan kecendrunganya dalam waktu satu dua periode pemilik bisa berganti, Kabupaten dalam waktu 5 tahun, bupatinya bisa diganti.

Loyal pada organisasi, masih mungkin. Tapi jangan loyal pada bupati atau kepala rumah sakit, loyallah pada profesi, “pasti selamat”. Karena kalau loyal pada bupati, maka anda dimusuhi oleh musuhnya bupati atau karyawan lain rumah sakit. Sedangkan bila anda loyal pada profesi dan punya ekspertise dalam profesi itu maka pasti tidak mudah dilupakan.

Hal diatas tentunya kembali pada pilihan masing-masing individu ketika memutuskan mengambil fungsi dan tugas kerjanya.

#perlu merenung lebih keras#